
Rutinitas pagi saya di hari kerja sebagai seorang karyawan swasta, adalah bangun di pagi buta. Menghabiskan sekitar 10 menit di kamar mandi, yang dilanjutkan dengan memakai segala perlengkapan ke kantor. Mulai dari yang paling umum yaitu baju celana kaos kaki dan sepatu, sampai arloji dan parfum agar terlihat lebih keren dan berkelas. Perjalanan ke kantor kadang memakai mobil, tapi lebih sering menggunakan kopaja. Tahu sendiri kan seperti apa kondisi didalam kopaja. Panas dan berjejal ditambah bercampur aduknya segala aroma. Kalau sudah begini, saya sering merasa menyesal menyemprotkan parfum ke baju. Soalnya tidak ada gunanya karena kalah dengan aroma yang lain, hehehehe.
Begitu sampai kantor, tempat pertama yang dituju adalah deretan gerobak tenda yang menyediakan makanan khas sarapan orang kantoran. Mulai dari ujung timur berderet-deret ada mie ayam, bubur ayam, ketoprak, kacang hijau sampai gorengan dan buah segar. Untuk memudahkan biasanya saya buat bergilir. Hari senin saya mulai dari ujung yang sebelah barat sehingga tepat hari jumat saya selalu sarapan mie ayam. Penjual mie ayam ini sudah hapal selera saya. Mie tanpa saos dan kecap manis, hanya sambal.
Suatu ketika pada hari jumat yang cerah, saya mendapati penjual mie ayam belum siap dengan dagangannya. Saya temukan dia sedang menurunkan sekeranjang mie beserta sawi segar dari bagian belakang mobil kijang merahnya. Wah, hebat. Penjual mie ayam punya mobil. Tapi setelah dipikir lagi kenapa tidak. Itu hal yang sangat mungkin. Langsung saja otak saya membuat perhitungan sederhana. Harga 1 mangkuk mie ayam Rp. 6000,-. Kalau dalam sehari rata-rata dia berhasil menjual 70 mangkuk seperti yang dia katakan, maka pendapatannya adalah Rp. 420.000,-. Ini sangat mungkin soalnya ada beberapa gedung perkantoran disekitar tempatnya berjualan. Dan kalau memang benar kata orang bahwa keuntungan usaha makanan adalah 100%, maka Rp. 200.000,- sudah masuk kekantongnya sebagai keuntungan bersih. Kalau dikalikan dengan 22 hari kerja dalam sebulan, maka keuntungan bersih sebulannya adalah Rp. 4.400.000,-. Kalau melihat statistik tentang gaji yang sering dikeluarkan majalah Swa, penghasilan pedagang mie ayam ini jauh lebih besar dari pada gaji seorang sarjana fresh graduate yang baru bekerja.
Hebatnya lagi, jam kerja pedagang mie kurang lebih hanya 4 jam, yaitu dari jam 6 sampai 10 pagi. Ditambah 2 jam di sore hari untuk membeli bahan dan menyiapkan sambal. Coba bandingkan dengan jam kerja fresh graduate tadi yang katanya 8 jam sehari tapi pada kenyataanya bisa sampai 11-12 jam karena harus terlihat memiliki integritas didepan boss-nya. Dan, dia tidak perlu mengeluarkan sebagian pendapatannya untuk membeli baju dan celana kerja yang bagus di dept store seperti yang dilakukan seorang karyawan saat ada diskon besar-besaran di akhir tahun. Baju yang digunakan cukup baju koas gratis hadiah dari perusahaan saos atau kecap atau penyedap rasa. Beli parfum, tentu saja tidak pernah terlintas dipikirannya. Tak heran kalau seorang tukang bakso yang masih satu kelurahan dengan saya bisa membeli sebuah rumah dengan harga hampir 1 milyar. Bagaimana tidak, dengan penghasilan yang lumayan dan gaya hidup seadanya, pastilah dia bisa membelinya. Yang dia perlu lakukan adalah menabung.
Terus, pertanyaannya mending jadi penjual mie ayam atau karyawan? Nah kalau ini mending direnungkan masing-masing saja. Soalnya jawabnya bakalan beda-beda, apalagi kalau yang jawab orangnya pinter, wah pasti jawabannya bakalan mbulet dan bikin bingung orang lain, hehehehehehe.
Begitu sampai kantor, tempat pertama yang dituju adalah deretan gerobak tenda yang menyediakan makanan khas sarapan orang kantoran. Mulai dari ujung timur berderet-deret ada mie ayam, bubur ayam, ketoprak, kacang hijau sampai gorengan dan buah segar. Untuk memudahkan biasanya saya buat bergilir. Hari senin saya mulai dari ujung yang sebelah barat sehingga tepat hari jumat saya selalu sarapan mie ayam. Penjual mie ayam ini sudah hapal selera saya. Mie tanpa saos dan kecap manis, hanya sambal.
Suatu ketika pada hari jumat yang cerah, saya mendapati penjual mie ayam belum siap dengan dagangannya. Saya temukan dia sedang menurunkan sekeranjang mie beserta sawi segar dari bagian belakang mobil kijang merahnya. Wah, hebat. Penjual mie ayam punya mobil. Tapi setelah dipikir lagi kenapa tidak. Itu hal yang sangat mungkin. Langsung saja otak saya membuat perhitungan sederhana. Harga 1 mangkuk mie ayam Rp. 6000,-. Kalau dalam sehari rata-rata dia berhasil menjual 70 mangkuk seperti yang dia katakan, maka pendapatannya adalah Rp. 420.000,-. Ini sangat mungkin soalnya ada beberapa gedung perkantoran disekitar tempatnya berjualan. Dan kalau memang benar kata orang bahwa keuntungan usaha makanan adalah 100%, maka Rp. 200.000,- sudah masuk kekantongnya sebagai keuntungan bersih. Kalau dikalikan dengan 22 hari kerja dalam sebulan, maka keuntungan bersih sebulannya adalah Rp. 4.400.000,-. Kalau melihat statistik tentang gaji yang sering dikeluarkan majalah Swa, penghasilan pedagang mie ayam ini jauh lebih besar dari pada gaji seorang sarjana fresh graduate yang baru bekerja.
Hebatnya lagi, jam kerja pedagang mie kurang lebih hanya 4 jam, yaitu dari jam 6 sampai 10 pagi. Ditambah 2 jam di sore hari untuk membeli bahan dan menyiapkan sambal. Coba bandingkan dengan jam kerja fresh graduate tadi yang katanya 8 jam sehari tapi pada kenyataanya bisa sampai 11-12 jam karena harus terlihat memiliki integritas didepan boss-nya. Dan, dia tidak perlu mengeluarkan sebagian pendapatannya untuk membeli baju dan celana kerja yang bagus di dept store seperti yang dilakukan seorang karyawan saat ada diskon besar-besaran di akhir tahun. Baju yang digunakan cukup baju koas gratis hadiah dari perusahaan saos atau kecap atau penyedap rasa. Beli parfum, tentu saja tidak pernah terlintas dipikirannya. Tak heran kalau seorang tukang bakso yang masih satu kelurahan dengan saya bisa membeli sebuah rumah dengan harga hampir 1 milyar. Bagaimana tidak, dengan penghasilan yang lumayan dan gaya hidup seadanya, pastilah dia bisa membelinya. Yang dia perlu lakukan adalah menabung.
Terus, pertanyaannya mending jadi penjual mie ayam atau karyawan? Nah kalau ini mending direnungkan masing-masing saja. Soalnya jawabnya bakalan beda-beda, apalagi kalau yang jawab orangnya pinter, wah pasti jawabannya bakalan mbulet dan bikin bingung orang lain, hehehehehehe.
Yg jelas mending dagang..mie ayam adl salah satu contohnya.
ReplyDeleteApalagi berdagang..pekerjaan yg dianjurkan rasulullah..tapi apapun profesinya yg penting halal.aamiin